Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) adalah perguruan tinggi swasta terakreditasi unggul yang berkomitmen pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai keislaman.

Embung dan Tembakau: Inovasi Dosen Unimma yang Gema Suaranya ke Dunia

Rabu, 6 Agustus 2025 21:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Inovasi Pengendalian Tembakau
Iklan

Dosen Unimma angkat inovasi embung di Temanggung ke konferensi dunia, bawa suara petani dalam isu pengendalian tembakau berkelanjutan.

***

Di lereng-lereng hijau Temanggung, di antara kabut pagi dan ladang tembakau yang membentang, ada sebuah kisah yang mengalir tenang namun menggetarkan. Kisah tentang embung (wadah penampung air) yang menjadi lebih dari sekadar kolam di tengah kebun, tetapi harapan bagi para petani. Dan suara dari tanah Temanggung itu kini menggema hingga ke panggung dunia, dibawa oleh seorang akademisi perempuan dari Magelang.

Adalah Retno Rusdjijati, dosen Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), yang membawa kisah itu ke World Conference on Tobacco Control (WCTC) di Irlandia. Dalam konferensi prestisius yang diselenggarakan oleh The Union (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) dan dihadiri peserta dari lebih dari 100 negara, Retno mempresentasikan sebuah poster ilmiah berjudul: Tobacco Control Innovations for Farmers Through The Utilization of Mini-Dams in Temanggung District, Indonesia.

Namun di balik judul akademik itu, tersimpan narasi nyata tentang perjuangan para petani tembakau, tantangan cuaca, dan ketergantungan pada sumber air yang kian langka. Retno tidak sekadar bicara tentang data dan diagram, tetapi membawa realita: bahwa petani kecil di Temanggung tengah menghadapi perubahan iklim, fluktuasi harga, dan tekanan kebijakan pengendalian tembakau global.

Lebih dari Sekadar Penampung Air

Inovasi yang disampaikan Retno bukan teknologi tinggi dengan mesin rumit, melainkan tentang embung, mini-dam sederhana yang mampu menjaga kesinambungan pertanian. Dengan embung, para petani tidak hanya bisa menyiram tembakau di musim kemarau, tetapi juga berkesempatan menanam palawija, menambah penghasilan, dan menurunkan ketergantungan pada satu komoditas.

Inilah bentuk pengendalian tembakau yang kontekstual, bukan larangan keras yang mengabaikan kenyataan ekonomi petani, tapi alternatif yang membuka ruang transisi perlahan namun pasti.

Sayangnya, dari hasil penelitian Retno, jumlah embung yang tersedia belum sebanding dengan kebutuhan petani. Infrastruktur air menjadi tantangan nyata yang perlu diatasi bersama oleh pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil.

Disambut Dunia dengan Apresiasi

Apa yang disuarakan Retno mendapat perhatian peserta konferensi. Salah satunya Qing Li dari Kenya, peneliti doktoral yang juga fokus pada pertanian tembakau. Qing mengakui bahwa pendekatan yang ditawarkan dari Temanggung sangat relevan, bahkan bisa menjadi rujukan bagi petani di negaranya.

Dari sinilah muncul semangat lintas batas: bahwa inovasi lokal bisa menjadi solusi global. Bahwa kisah dari kaki Gunung Sindoro dan Sumbing bisa memberi inspirasi bagi dunia dalam mengelola isu tembakau secara adil dan berkelanjutan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Manusiawi

Apa yang dilakukan Retno Rusdjijati bukan hanya soal akademik atau presentasi internasional. Ini tentang bagaimana pengetahuan bisa menjadi jembatan bagi suara-suara kecil yang sering luput dari percakapan global. Ini tentang membuktikan bahwa solusi terhadap masalah dunia kadang justru berasal dari praktik-praktik lokal yang sederhana, murah, dan kontekstual. Dan Temanggung, dengan embung-embungnya, kini menjadi bagian dari peta solusi global itu. (Ening Widi)

Sumber: https://teknik.unimma.ac.id/

Bagikan Artikel Ini
img-content
UNIMMA News

Universitas Unggulan Muhammadiyah

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler